Aksi barbar. Halaman ini didedikasikan kepada aktivis buku Diana AV Sasa dari Indonesiabuku.com dan teman-teman seperjuangan yang berdemo di Taman Apsari, depan Grahadi, Surabaya, Senin, 7 September 2009. Demo tersebut merupakan aksi untuk mengecam tindakan pembakaran buku oleh Front Anti Komunis di Surabaya.
Aksi pembakaran buku, antara lain pernah terjadi (foto) pada tanggal 10 Mei 1933 di Opernplatz, Berlin, saat polisi rahasia Nazi Jerman dan kelompok muda Nazi membakar sekitar 20.000 buku milik Institut für Sexualwissenschaft dan Humboldt University. Termasuk di dalamnya karya dari Heinrich Heine, Thomas Mann, Karl Marx, Erich Maria Remarque, dan H.G. Wells.
Penyair Jerman, Heinrich Heine (1797–1856), mengatakan : “Apabila buku-buku dibakar, maka pada akhirnya umat manusia juga akan ikut terbakar.”
Sementara A Whitney Griswold, seperti dikutip koran The New York Times, 24 Februari 1959, menegaskan : “Buku tidak seharusnya disensor. Buku tidak seharusnya dibakar. Gagasan seharusnya tidak dijebloskan ke dalam penjara. Dalam perjalanan sejarah, sensor dan pencuriga itu akan selalu kalah. Satu-satunya senjata ampuh melawan ide-ide buruk adalah ide-ide yang lebih baik.”
Mari kita bergandeng tangan dan saling berbicara, bahwa tindakan membakar buku merupakan tindakan yang hanya bisa dilakukan oleh kaum barbar ! (BH).
Sukses Diterbitkan Sendiri
Fenomenal. Novel The Celestine Prophecy (1993) karya James Redfield ini membincangkan beragam gagasan spiritual dan psikologi yang berlandaskan akar-akar tradisi ketimuran.
Terhitung sejak Mei 2005, telah terjual lebih dari 20 juta kopi di seluruh dunia dan telah pula diterjemahkan kedalam 34 bahasa. Film yang berjudul sama, berdasarkan novel tersebut, dirilis tahun 2006.
Novel ini semula diterbitkan sendiiri oleh James Redfield, yang terjual sampai 100.000 kopi secara kelilingan dari bagasi motor Hondanya, sebelum akhirnya penerbit raksasa Warner Books menyetujui untuk menerbitkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar